Di tahun 2014, Hari Raya Nyepi jatuh pada Senin 31 Maret, dan merupakan hari libur nasional di Indonesia. Dari pukul 6 pagi sampai dengan 6 pagi hari berikutnya. (Tahun baru Caka 1936)
Pengertian Hari Raya Nyepi
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu
 berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 
Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di 
Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua 
kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara 
Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos
 (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian 
upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
Melasti, Tawur (Pecaruan), dan Pengrupukan
Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian 
dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada 
hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat 
suci) diarak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber 
air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya
 di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, 
banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil salah satu 
dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya. Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi
 tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah 
dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja 
(biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan 
untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan 
lingkungan sekitar. Khusus di  Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh - ogoh
 yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, 
dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari 
lingkungan sekitar.
Puncak acara Nyepi
Keesokan harinya, yaitu pada pinanggal pisan, sasih Kedasa
 (tanggal 1, bulan ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada 
hari ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti 
biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" Penyepian 
yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.
Demikianlah untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman
 baru yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka pun, 
dasar ini dipergunakan, sehingga semua yang kita lakukan berawal dari 
tidak ada,suci dan bersih. Tiap orang berilmu (sang wruhing tattwa jñana)
 melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa 
dengan paramatma (Tuhan)), tapa (latihan ketahanan menderita), dan 
samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian 
lahir batin).
Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan 
batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.
  Ngembak Geni (Ngembak Api)
Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni
 yang jatuh pada "pinanggal ping kalih" (tanggal 2) sasih kedasa (bulan 
X). Pada hari ini Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari ke dua. Umat 
Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, 
mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain,
 untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih. Inti Dharma Santi adalah
 filsafat Tattwamasi yang memandang bahwa semua manusia di seluruh 
penjuru bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa hendaknya saling 
menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan 
kekeliruan. Hidup di dalam kerukunan dan damai.




 

Om Swastiastu, Selamat merayakan Hari Raya Nyepi, mulai dari persiapan seperti Melasti, Pawai Ogoh-ogoh, Tawur Agung, Sipeng dan Dharma Santhi semoga berjalan lancar dan sukses
BalasHapus