Kawasan
semenanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, pada tahun 1970-an
kondisinya sangat kritis dan tandus, kemudian secara bertahap digarap
hingga akhirnya berhasil disulap menjadi kawasan pengembangan pariwisata
bergengsi.
Lahan seluas 326 hektare itu, ditata dengan landasan konsep "Tri Hita
Karana" yakni dengan mengutamakan keharmonisan dan keserasian hubungan
antara sesama umat manusia, dengan lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa.
Kawasan hijau yang tertata apik dan rapih dengan belasan hotel
berbintang berkapasitas sekitar 6.500 kamar, fasilitas lapangan golf
yang memadai, akan dipercaya menjadi tuan rumah pelaksanaan pertemuan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pacific Economic Coorporation atau
APEC Summit pada Oktober 2013.
Pertemuan bagi para "members ecomic", anggota APEC berasal dari 21
negara di kawasan lingkar Pasifik melibatkan sedikitnya 6.000 delegasi
dan 2.000 wartawan itu dijadwalakn berlangsung selama tujuh hingga
delapan hari.
Untuk seluruh kegiatan pertemuan bertaraf internasional itu akan
pusatkan di Bali International Convention Center (BICC) dan Bali Nusa
Dua Convention Center (BNDCC) di kompleks pengembangan pariwisata BTDC
tersebut.
Sementara para kepala negara beserta delegasi dan rombongannya akan
ditempatkan menginap di seluruh hotel yang ada di kawasan wisata elit
BTDC dan sekitarnya.
Direktur Kerja sama Intrakawasan Asia Pacifik dan Afrika (KSI
ASPASAF) Kemenlu RI Sidharta Suryodipuro jauh sebelumnya telah
mensosialisasikan KTT APEC sekaligus melakukan berbagai persiapan
melibatkan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di Bali.
Pertemuan KTT APEC yang akan berlangsung di Nusa Dua itu meliputi
Finance Ministrial Meeting (FMM), Concluding Senior Officials-Meeting
(CSOM), APEC Ministrial Meeting (AMM), CEO Summit, dan APEC Economic
Leaders-Meeting (AELM) dan Senior Officials Meeting (SOM).
Sidharta Suryodipuro menekankan kepada Pemerintah dan masyarakat Bali
untuk mempunyai rasa memiliki dan memanfaatkan kesempatan baik itu guna
mempromosikan daerah.
Promosi yang bisa dilakukan meliputi sektor perdagangan, investasi,
pariwisata, kebudayaan dan potensi-potensi unik lainnya guna
meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat maupun
pembangunan menyangkut berbagai aspek kehidupan.
Pemprov Bali dengan dukungan pemerintah pusat telah melakukan
berbagai persiapan dalam menyukseskan kegiatan bertaraf internasional
yang akan dihadiri sejumlah kepala negara di dunia itu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi sejumlah menteri sudah
berkali-kali melihat dari dekat sejumlah hotel di kawasan Nusa Dua dan
sekitarnya yang akan menjadi tempat menginap para delegasi.
Berbagai persiapan dalam menyukseskan KTT APEC itu sejak beberapa
tahun terakhir juga dilakukan perbaikan dan perluasan Bandara Ngurah Rai
serta pembangunan jalan di atas perairan (JDP) yang menghubungkan Benoa
(Denpasar) dengan Nusa Dua, dan Bandara Ngurah Rai di Tuban, kawasan
Kuta, Kabupaten Badung.
Selain itu juga membangun proyek "underpass" di Simpang Dewa
Ruci/Simpang Siur di jalur lalu lintas Jalan By Pass Ngurah Rai yang
selama ini arus kendaraannya selalu padat dan macet, karena merupakan
pertemuan jalan dari kawasan Sanur-Kuta dan Nusa Dua.
Berbagai proyek fisik yang sedang dipacu pelaksanaannya dan
ditargetkan rampung, dapat berfungsi sebelum pelaksanaan KTT APEC 2013
itu berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Bali, tutur Kepala
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, I Gede Suarsa.
Sektor pembangunan di Bali tumbuh 6,03 persen dalam triwulan II-2012,
meningkat 1,11 persen dibanding triwulan sebelumnya yang hanya 4.92
persen. Persentase ini tertinggi dibanding sektor-sektor lainnya.
Pertumbuhan sektor bangunan yang signifikan itu berkat pembangunan
insfrastruktur berskala besar dalam persiapan menyambut KTT APEC 2013.
Sudah siap
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu dalam beberapa kali kunjungan ke Bali untuk memimpin rapat dan melihat dari dekat berbagai hal menyambut KTT APEC itu mengatakan, sarana dan prasarana kegiatan konferensi kerja sama ekonomi tersebut untuk di Bali akan siap pada saatnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu dalam beberapa kali kunjungan ke Bali untuk memimpin rapat dan melihat dari dekat berbagai hal menyambut KTT APEC itu mengatakan, sarana dan prasarana kegiatan konferensi kerja sama ekonomi tersebut untuk di Bali akan siap pada saatnya.
Kesiapan itu mulai dari infrastruktur di kawasan wisata Nusa Dua,
termasuk fasilitas penunjang lainnya yang sedang digarap, yakni
perluasan Bandara Ngurah Rai maupun pembangunan fisik lainnya.
Ia mengingatkan pembangunan fisik yang harus segera dirampungkan
yakni perluasan Bandara Ngurah Rai yang akan selesai sekitar Juni atau
Juli 2013, dan pembangunan jalan tol di atas perairan maupun "underpass"
Simpang Dewa Rucci ditargetkan rampung pada Agustus 2013.
Selain percepatan pembangunan kedua proyek besar tersebut, juga
menyangkut beberapa hal lainnya terus digenjot, sehingga KTT APEC akan
dapat terlaksana dengan lancar dan sukses.
Bupati Badung Anak Agung Gde Agung sebagai tuan rumah menambahkan,
para delegasi dari 21 negara akan ditempatkan pada satu hotel untuk satu
negara. Semua lokasi hotel tempat delegasi menginap sangat mudah
dijangkauan, dekat, dan cepat, sehingga optimis kemacetan arus lalu
lintas tidak sampai mengganggu jalannya KTT APEC.
Pemkab Badung sejak setahun terakhir menata pertamanan di sepanjang
jalan menuju kawasan Nusa Dua termasuk menertibkan berbagai jenis media
iklan/papan reklame yang mengganggu keindahan dan lingkungan.
Anggota Komisi IV DPRD Bali Wayan Rawan Atmaja mengingatkan
pemerintah provinsi dan Kabupaten Badung untuk lebih serius memelihara
taman dan lingkungan sepanjang jalan menuju kawasan Nusa Dua.
Upaya itu untuk memberikan citra yang baik bagi Indonesia, khususnya
Bali sebagai tujuan wisata internasional. Kesuksesan Bali dan Indonesia
sebagai tuan rumah KTT APEC akan memberikan dampak yang lebih luas untuk
kemajuan berbagai aspek pembangunan, ujarnya.
sumber : (Antara Bali)
Om Swastiastu
BalasHapusBali selalu menjadi tuan rumah kegiatan besar dunia, sehingga pembangunan sarana prasarana seakan berlomba dengan event tersebut. Atau bisa saja sebaliknya, event itulah mengundang investor agar bisa membangun Bali yang terkadang berbenturan dengan budaya Bali dan alam Bali, seperti reklamasi pantai