Keistimewaan Pantai Nusa Dua seluas sekitar 350 hektar ini semakin lengkap dengan beragam fasilitas eksklusif

Rabu, 15 Maret 2017

Sejarah Kongco Caow Eng Bio Tanjung Benoa

I Wayan Dibya Adnyana (paling kiri) sedang berbincang dengan dua pengurus kongco, I Wayan Sujana Putra dan Surya Koco, saat  menerima kunjungan Surya Paloh di kelenteng tertua di Bali. Rupanya sejarah keberadaan kongco ini sedang dikupas Dibya Adnyana.  “Ini kelenteng tertua di Bali,”  tandas mantan Lurah Tanjung Benoa ini.

Sebuah bangunan khas arsitektur Tiongkok tampak megah di tepi utara  pantai Tanjung Benoa. Warna merah terang dominan menyelimuti rumah ibadah umat beragama Kong Hu Chu ini. Rumah ibadah ini dikenal sebagai Kongco Caow Eng Bio. Kelenteng ini berada di Jalan Segara Ening 14 Tanjung Benoa. Lingkungannya masuk wilayah Banjar Adat Darmayasa.

Tempo sejarah awal kelenteng ini dibangun memang masih saru gremeng sumber datanya. Tetapi,  menurut Dibya Adnyana,  kelenteng ini sudah ada tahun 1548.  Ihwal kabar keberadaan kongco ini dikisahkan bersumber dari sejarah napak tilas leluhur Dibya Adnyana saat memasuki kawasan Tanjung Benoa dulu. “Dulu wilayah Tanjung Benoa tak berpenghuni, terutama saat leluhur saya masuk ke tempat ini. Ketika itu hanya ditemukan sebuah bangunan kecil berwarna merah. Bangunan inilah kemudian menjadi bukti adanya kongco ini sampai sekarang.

Kisah awal berdirinya kongco tersebut dituturkan Surya Koco. Sejarah awal adanya kongco ini kerap diceritakan kakeknya saat dirinya masih bocah.  ”Kakek saya dulu datang dari Hainan, Negeri Cina,” ungkapnya.

Konon itu berawal dari perjalanan para saudagar Hainan  menuju Negeri Nusantara zaman dulu. Mereka menumpang kapal laut. Saat melintasi Selat Malaka, kapal mereka sempat dicegat perompak. Banyak saudagar yang mati terbunuh. Sebagian dari penumpang kapal yang selamat melanjutkan perjalanan ke Nusantara. Dalam perjalanan di tengah samudra, kapal mereka diterjang badai hebat. Seisi kapal panik. Tetapi, di tengah itu mendadak terdengar suara seseorang yang meminta mereka tidak panik. Mereka diminta bersikap tenang di tengah badai menerjang kapal. Suara ini diyakini datang dari penguasa laut, Dewa Baruna.

stana Dewa Baruna kelak kapalnya bersandar di daratan.Rupanya pelayaran kapal membawa mereka tertambat di pesisir laut utara wilayah yang sekarang dikenal sebagai Tanjung Benoa. Di tempat inilah mereka membukitkan janjinya kepada Dewa Baruna. Sebuah stana dibangun di tempat yang kini dikenal sebagai Kongco Caow Eng Bio itu
Ada anak buah kapal yang menyalakan dupa. Sejurus kemudian, badai mereda. Mereka selamat dari amukan gelombang laut yang dahsyat. Sebagai ungkapan rasa syukur, mereka berjanji akan membuat
stana Dewa Baruna kelak kapalnya bersandar di daratan. Rupanya pelayaran kapal membawa mereka tertambat di pesisir laut utara wilayah yang sekarang dikenal sebagai Tanjung Benoa. Di tempat inilah mereka membukitkan janjinya kepada Dewa Baruna. Sebuah stana dibangun di tempat yang kini dikenal sebagai Kongco Caow Eng Bio itu.(Sumber berita Nusa Dua Post)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...