Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menyerukan pemanfaatan energi
bersih dimulai dari Pulau Bali yang dapat diikuti negara lainnya di
dunia.Setiap pembangunan dan program di Bali, kami tekankan kepada pro
job, pro poor, pro culture, dan pro environment, kata Gubernur Bali Made
Mangku Pastika saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Bali Clean
Energy Forum (BCEF) 2016 di Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Kamis
(11/2).
Menurut Pastika, saat ini kontribusi Bali dalam menjaga lingkungan
sudah dilaksanakan. Berbagai program Pemprov Bali demi mencapai Bali
sebagai Green Province atau Provinsi Hijau juga telah dimaksimalkan,
seperti program Simantri (Sistem Pertanian Terintegerasi) yang
menghasilkan pupuk organik dan biogas sebagai pengganti bahan kimia,
program Bali Clean and Green dan sebagainya.
Apalagi, tambah Pastika, ada fi losofi masyarakat Bali yang sudah
terpatri di seluruh masyarakat yaitu Tri Hita Karana — menjaga
keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama dan
lingkungan — secara tidak langsung telah memaksa masyarakat Bali untuk
lebih cinta terhadap lingkungannya.
Pastika berharap forum ini bisa merumuskan beberapa masukan sehingga
bisa dijadikan sebagai sebuah kebijakan untuk menyelamatkan lingkungan
kita. Ke depan, Bali semoga juga bisa dikenal sebagai Island of Clean
Energy, selain sebagai Island of God, Island of Paradise dan Island of
Love, ujarnya.
Wapres menyampaikan, pertemuan BCEF menjadi sangat penting bukan
hanya untuk menguatkan pembangunan energi nasional, namun juga
internasional. Indonesia diberi kehormatan untuk memulai dialog
antarnegara yang memiliki kepentingan serupa dalam pengembangan energi
bersih, selain itu juga untuk membentuk kemitraan global guna
menjembatani kesenjangan dan memastikan tercapainya target energi bersih
yang berkelanjutan bagi setiap orang, jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan,
salah satu terobosan penting dalam BCEF 2016 adalah dengan diluncurkan
Clean Energy Center of Excellence (CoE) atau pusat keungulan energi
bersih Indonesia kepada masyarakat internasional untuk mewujudkan
ketahanan energi dunia.
CoE adalah pusat terpadu bagi penelitian, pengembangan hasil
penelitian, pendidikan, peningkatan kapasitas pelaksanaan, hingga
fasilitas investasi dalam pengembangan energi bersih dengan tiga menu
utama antaralain, informasi, teknologi dan pendanaan. CoE akan menjadi
kanal penghubung bagi kesiapan nasional dalam mewujudkan sistem energi
yang berdasarkan pada sumber energi besih dan berkelanjutan, paparnya.
Dikatakannya, hal tersebut untuk mendukung upaya percepatan
pengembangan energi terbaru menjadi 23 persen dalam komposisi bauran
energi nasional pada 2025. Ditambahkan, untuk jangka waktu ke depan, CoE
akan fokus pada upaya mendukung program pembangunan ketenagalistrikan
35 MW, dengan 25 persennya atau sekitar 8,8 GW akan datang dari energi
terbaru.
CoE akan fokus nantinya pada upaya mendukung program pembangunan
ketenaga listrikan dan diharapkan seluruh keluaran yang lahir dari
pertemuan dalam BCEF 2016 ini, akan dikonsolidasikan menjadi sebuah
dokumen misi Bali untuk pengembangan energi bersih. Misi Bali ini akan
menjadi kerangka perwujudan energi bersih nasional dan dapat
berkontribusi pada konteks pembangunan berkelanjutan di tingkat regional
dan global, paparnya.
Tahun lalu, Indonesia bergabung dengan IEA bersama dengan Tiongkok
dan Thailand. Kali ini, forum ini dihadiri perwakilan negara-negara
antara lain Saudi Arabia, Australia, Timor Leste, Malaysia, Papua
Nugini, Srilanka, Kamboja, Hungaria, Amerika Serikat, Denmark, Jepang,
Swedia, Selandia Baru, Jerman, Swiss, Inggris, Kroasia, Azerbaijan,
Norwegia, Kazakhstan, Finlandia, Spanyol, Iran, Perancis, Belgia dan Uni
Eropa (perwakilan dunia usaha), pakar di bidang energi, perwakilan
masyarakat sipil dan komunitas muda, serta media massa nasional dan
internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar